TIPE TEMPERAMEN KONSELOR & CORAK INTERAKSI KONSELING
Pelayanan bimbingan dan konseling sebagai bagian tak terpisahkan dari
pendidikan sebagai sebuah sistem. Untuk menjadikan Bimbingan dan
Konseling sebagai model pelayanan berkualitas, tak terpisahkan dari
tipe temperamen konselor sebagai salah satu unsur dari kepribadian
(personality). Para ahli di bidang konseling berpendapat bahwa
efektivitas dan keberhasilan dalam interaksi konseling banyak
dipengaruhi oleh watak, konselor, temperamen, sikap, minat dan daya
penyesuaian diri dari konselor. Belkin dalam bukunya “Practical
Counseling in the Schools” (1981), mengemukakan efektifitas pekerjaan
seorang konselor harus ditunjang dengan adanya sejumlah kualitas
kepribadian yang dapat ditampung dalam 3 hal, yaitu mengenal diri
sendiri, memahami orang lain dan kemampuan berkomunikasi dengan orang
lain. Masing-masing aspek mendapat rincian dengan menyebutkan sejumlah
kualitas kepribadian, seperti merasa aman dengan diri sendiri, percaya
pada orang lain, dan memiliki keteguhan hati dalam mengenal diri;
keterbukaan hati, kebebasan dari cara berpikir yang kaku, kepekaan dan
empati dalam memahami orang lain, sejati serta tulen, bebas diri
kecenderungan untuk menguasi orang lain, kemampuan mendengarkan dengan
baik, penghargaan terhadap orang lain, kejujuran, kesungguhan,
dapat diandalkan, dan kemampuan mengungkapkan pikiran serta perasan
dalam kata-kata dan isyarat-isyarat dalam kemampuan berkomunikasi dengan
orang lain.
A. Pengertian Temperamen.
Pemahaman tentang temperamen sering dikacaukan dengan pengertian
kepribadian. Namun sebenarnya keduanya diakui adanya perbedaan.
Temperamen adalah disposisi yang sangat erat hubungannya dengan
faktor-faktor biologis dan fisiologis dan karenanya sangat kecil
mengalami modifikasi di dalam perkembangannya. Temperamen merupakan
unsur dari kepribadian, bahkan bagi Alport, temperamen adalah bagian
khusus dari kepribadian. Dia mendefinisikan: “Temperamen adalah gejala
karakteristik daripada sifat emosi individu, termasuk juga mudah
tidaknya kena rangsangan emosi, kekuatan suasana hatinya, segala cara
daripada fluktuasi dan intesitas suasana hati; gejala ini tergantung
kepada faktor konstitusional, dan karenanya terutama berasal dari
keturunan” (Alport (1951)
Kita perhatikan dalam peristiwa hidup sehari-hari, misalnya di tempat
kerja, pernahkan anda memperhatikan bahwa rekan-rekan kerja Anda
mempunyai watak yang berbeda-beda satu dengan lainnya?. Ada yang selalu
gembira, ada yang selalu murung, ada yang mudah bergaul dan mendapatkan
tempat baru, ada yang pendiam dan senang menyendiri, ada yang cepat
marah, mudah tersinggung, ada juga yang sangat penyabar. Apa sebenarnya
yang membedakan sikap dan perilaku mereka masing-masing? Ternyata
temperamen kita menentukan bagaimana kita bersikap dan berperilaku.
Memang temperamen bukanlah satu-satunya hal yang mempengaruhi perilaku
seseorang, sebab semasa kita kecil yang hidup dalam lingkungan keluarga,
pendidikan, latihan dan motivasi yang kita terima dari orang tua juga
memberikan pengaruh terhadap tingkah laku kita dalam kehidupan. Namun
tetap harus diakui bahwa temperamen memberikan pengaruh yang besar dalam
perilaku hidup kita, termasuk cara kita berkomunikasi dengan orang
lain. Misalnya seseorang yang ekstrovet (terbuka) akan tetap
ekstrovet selama hidupnya. Demikian juga dengan orang yang introvet (pendiam),mungkin
saja ia menjadi lebih agresif , namun akan tetap sebagai seorang yang
sifatnya pendiam.
Bagi seorang Konselor sekolah, mengenal temperamen sangat penting,
sebab dia mempunyai tugas salah satunya adalah memberi bantuan dan
bimbingan bagi siswa yang bermasalah. Tidak jarang masalah siswa yang
muncul justru sering dilatarbelakangi oleh temperamennya. Misalnya dia
mempunyai persoalan dalam hal bergaul, oleh karena dia mempunyai
temperamen yang introvet. Bagaimana mungkin seorang Konselor akan dapat
membantunya jika dia sendiri mempunyai persoalan yang sama-sama memiliki
tempermen yang introvet? Dengan mengenal temperamen setidaknya seorang
konselor akan mampu mencari treatment yang tepat bagi dirinya
sebelum dia memberi treatment pada siswa yang bermasalah.
Adalah temperamen seseoranglah yang membuat dia sangat lincah, atau
pemalu, mampu berkomunikasi atau takut bergaul. Temperamen yang dimiliki
seorang konselor akan sangat mewarnai bagaimana dia bersikap,
berperilaku dan berpenampilan didepan siswa atau klonselinya.
Temperamen merupakan bagian dari aspek kepribadian (personality)
yang banyak dicermati oleh tokoh-tokoh pedagogik, sosiolog mapun
psikolog. Dalam paparan ini penulis mengkaji teori temperamen yang untuk
pertama kali diberikan oleh Hippocrates (460-370), bapak ilmu
kedokteran. Dia membedakan tipe temperamen seseorang berdasarkan pada
dominasi cairan-cairan yang ada dalam tubuh manusia, yaitu: Chole,
yang mempunyai sifat kering, melanchole sifat basah, phlegma
sifat dingin dan sanguis yang mempunyai sifat panas. Atas
dasar dominasi cairan badaniah itulah manusia memiliki empat katagori,
yaitu: sanguin, kolerik, melankolik dan flegmatik, yang
selanjutnya oleh Galenus disebutnya sebagai temperamen.
Selanjutnya Krestchmer, salah seorang tokoh tipologi konstitusional
berpendapat bahwa temperamen merupakan bagian kejiwaan yang nampaknya
dengan melalui darah secara kimiawi mempunyai korelasi dengan aspek
jasmaniah. Temperamen ini bersifat heriditer dan tak dapat diubah oleh
pengaruh dari luar. Dia memiliki pengaruh terhadap dua macam kualitas
kejiwaan seseorang, yaitu suasana hati (stimmung) dan tempo
psikis. Tiap-tiap tempermen memiliki kekuatan dan kelemahannya
masing-masing yang berbeda dengan temperamen lainnya. Berikut kelemahan
dan keunggulan masing-masing temperamen berdasarkan pada teori
temperamen Hippocrates – Galenus.
1). Kolerik. Seorang yang bertipe kolerik mempunyai sifat-sifat
khas, sebagai berikut: memiliki semangat hidup yang besar (hidup),
optimistis, daya juang besar/memiliki kemauan yang keras., aktif dan
cepat bertindak, terbuka, hatinya, memilki daya penyesuaian diri dengan
lingkungan secara baik, mudah melakukan penyesuaian, mudah terbakar,
pemarah, sehingga sering terjadi emosional yamng muncul sesaat kurang
dapat terkonnontrol dengan baik. Kemarahan yang dimiliki oleh seorang
kolerik bertahan lama, artinya seorang kolerik tidak mudah menghilangkan
kemarahannya dalam waktu singkat. Ia selalu membawa kemarahannya dalam
jangka waktu lama. Seorang ayah yang memiliki temperamen kolerik sering
berdampak pada gangguan emosioanl pada anak-anaknya. Seorang kolerik
juga mempunyai sifat agresif sehingga hal ini sering memberikan kesan
bahwa dia seorang yang tidak sabar. Seorang kolerik selalu dipenuhi
dengan aktivitas. Ia tidak perlu distimulasi oleh lingkungannya, justru
dialah yang akan memberikan stimulasi kepada lingkungannya dengan
ide-idenya, perencanaannya, tujuannya dan juga ambisinya yang tidak
pernah kunjung habis. Biasanya ia tidak ingin melibatkan kegiatan yang
tidak memiliki tujuan, menghendaki kegiatan yang praktis dengan membuat
keputusn secara tepat dan logik. Seorang kolerik juga memiliki
kesanggupan untuk memberikan motivasi kepada orang lain secara alamaih,
memiliki keyakinan diri yang penuh, dengan memiliki kesadaran atas
tujuan serta dapat memberikan inspirasi kepada orang lain untuk melihat
tujuan tersebut.
2). Melankolik. Seorang yang bertipe melankolikk mempunyai
sifat-sifat khas, sebagai berikut: mudah kecewa, daya juang kecil,
muram, pesimis. Sifat khas ini yang sering kali membuat seorang
melankolik kurang mampu bergaul dengan orang lain, sehingga sedikit
sekali mempunyai teman. Ia jarang mendorong dirinya untuk bertemu dengan
orang lain, sebaliknya ia membiarkan orang lain datang kepadanya.
Secara alamiah ia adalah seorang pendiam, namun sebab perasaannya
menguasainya, ia memiliki suasana hati (mood) yang bervariasi
atau dengan kata lain keadaanya yang musim-musiman. Kadang-kadang ia
mendapat rangsangan yang tinggi yang menyebabkan dia dapat berbicara
banyak, menjadi seorang yang sangat ceria seperti seorang sanguin.
Namun, kadang-kadang ia menjadi pemurung, penuh depresi dan suka
meimisahkan diri. Keadaan depresi sering menyebabkan perasan cemas yang
tidak perlu, misalnya yang disebut hypocondria (merasa diri
sakit, padahal tidak sakit). Sering sekali seorang melankolik
mengatakan, “saya sakit….namun setelah diperiksi oleh dokter, tidak
memiliki masalah apa-apa. Keadaan yang depresi, cemas atau “moody” hanya
dapat diatasi bila seorang melankolik memberikanpengharapan di dalam
Allah. Hanya Dia-lah yang menyebabkan seseorang dapat mengalahkan
perasaan depresinya. Terlepas dari sifat lemah di atas, seorang
melankolik adalah sahabat yang setia, seorang yang paling dapat
dipercaya, sebab sifatnya yang menghendaki kesempurnaan. Dia juga
memiliki kerinduan yang sangat besar untuk dicintai. Seorang melankolik
juga mempunyai daya kemampuan dalam menganalisis. Ia dapat melihat
dengan jelas tantangan atau bahaya-bahaya dari suatu rencana/kegiatan
yang akan dilakukan. Hal ini yang menyebabkan seorang melankolik selalu
memulai suatu perencanaan kegiatan yang realistis/konkrit, dapat
dikerjakan, tidak bertele-tele!
3). Flegmatik. Seorang yang bertipe flegmatik mempunyai sifat khas
antara lain: tak suka terburu-buru (kalm,tenang, lamban berfikir). Sifatnya
yang dingin dan kepribadiannya yang seperti pemalu, seorang flegmatik
memiliki kecenderung untuk menjadi penonton dalam kehidupan atau menjadi
pendengar yang baik dalam suatu ceramah atau seminar umum dan mencoba
untuk tidak banyak lelibatkan diri dalam kegiatan orang lain. Dia tidak
memiliki gairah atau ambisi dan jarang memiliki inisiatif untuk suatu
kegiatan Namun bila dia dirangsang untuk mengungkapkan sesuatu
pendapat/gagasan, seorang flegmatik akan mampu melakukannya dengan baik
dan bahkan dapat memberi pengaruh positif pada orang lain. Sifat khas
yang lain, bahwa seorang flegmatik tak mudah dipengaruhi (memiliki
temperamen yang konsisten), suka bergaul / disukai orang dan
memiliki sifat humor yang alamiah dan tidak pernah akan marah sekalipun
dia harus berhadapan dengan seorang yang mempunyai darah mendidih Dia
selalu memelihara pendekatan yang positif terhadap kehidupan.
(4). Sanguin. Seorang yang bertipe sanguin mempunyai sifat-sifat
khas, antara lain hidup, seorang yang selalu periang, hangat dan
menyenangkan. Secara alamiah , dia adalah seorang yang terbuka, respek
terhadap orang lain, suka berbicara. Dalam suatu rapat pertemuan,
misalnya seorang sanguis memiliki kecenderungan untuk mendominasi
pembicaraan yang ada. Dari aspek perasaannya, seorang sanguis mudah
tergerak perasaannya, tetapi tidak kuat, tidak mendalam dan tidak dapat
berlangsung lama. Sehingga perhatiannya mudah berubah/ berganti haluan,
kurang konsisten dengan apa yang ucapkan atau diperbuatnya. Sifat ini
akan memberikan kesan bahwa seorang sanguin kurang dapat dipercaya.
B. Respon Konselor Berdasarkan Temperamen
Untuk lebih memahami kekhasan dari masing-masing temperamen, berikut
ini disampaikan sebuah contoh bagaimana seorang konselor dengan
temperamennya masing-masing memberikan respon atas persoalan
siswa/konseli yang tengah dihadapinya.
Persoalan Konseli: “Ketika sedang istirahat, nampak seorang siswa
duduk menyendiri di sudut serambi kelas. Wajahnya menunjukkan seolah
sedang menghadapi suatu pesoalan. Tak seorang teman pun mendekat dan
menyapanya. Dalam waktu yang bersamaan seorang Konselor berjalan dan
persis melintas didepannya”.
Respon konselor: a). Tipe Sanguin: (Dengan
memegang buku, dan tersenyum) “Eh, kamu istirahat kok
malah menyendiri.!”, b) Tipe Kolerik: (Mendekat sambil melihat
tajam) “Kamu itu bagaimana sih, ini kan jam istirahat ngapain
mesti sendirian begitu!”, c) Tipe Melankoli: (Mendekat dengan penuh
perasaan, seolah ikut dalam kesedihan yang sedang dialami) “Kamu
kok menyendiri, ada apa sih?”, dan d) Tipe Flegmatik: (Santai,
tidak peduli, seolah tidak ada sesuatu yang terjadi).
Dari contoh persoalan diatas, memperlihatkan dengan jelas bagaimana
seseorang /pribadi dengan temperamen tertentu memberikan respon atas
persoalan yang tengah dihadapi. Ada perbedaan tanggapan, dan ini jelas
dipengaruhi oleh tempermen dari masing-masing pribadi. Tanggapan yang
berbeda tentu akan berdampak pada terbentuknya sebuah perilaku baru yang
berbeda-beda pula. Demikian dalam proses konseling, respon konselor
terhadap konseli sangat memberikan andil bagi keberhasilan dari proses
itu sendiri, yaitu terbentuknya kepribadian yang menyatu (terintegritas).
Untuk ini pemahaman terhadap temperamen diri adalah sebuah pra kondisi
dari seorang konselor guna menunjang suksesnya sebuah proses konseling.
C. Penutup
Adanya kecenderungan-kecenderungan tertentu mengapa seseorang
melakukan sesuatu tindakan tidak terlepas dari tipe temperamen dari
setiap pribadi/individu. Untuk ini dengan memahami kekhasan dari setiap
tipe temperamen, akan memudahkan seseorang/konselor mengetahui, “apa
yang seharusnya saya lakukan dan apa yang seharusnya saya hindari atau
tidak boleh saya lakukan”. Hal ini penting dalam sebuah interaksi
konseling. Jangan sampai bahwa proses konseling menjadi gagal hanya
karena munculnya sikap dan perilaku seorang konselor yang kurang pas,
bahkan membuat konseli menjadi tidak nyaman..
Dengan kata lain bahwa temperamen sangat memberikan warna yang
berbeda ketika interaksi dalam proses konseling terjadi. Kita dapat
melihat contoh diatas, bagaimana respon konselor ketika dihadapkan
sebuah masalah yang satu dan sama. Masing-masing memberikan respon yang
berbeda sesuai dengan tipe temperamennya.
Konseling yang didalamnya ada proses komunikasi atau proses interaksi
antara seorang konselor dengan seorang konselee, membutuhkan corak
interaksi yang bersifat terapitis, yaitu interaksi yang mampu membangun
keterbukaan pada diri konseli, sebab melalui dan didalam interaksi
inilah proses konseling akan sampai pada tujuan yang diharapkan. Dalam
hal ini, temperamen memberikan warna dari setiap proses interaksi
konseling yang berdaya dan berhasil guna. Semoga!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar